Ketika harus menulis kembali itu rasanya bagai bertemu mantan yang kebetulan lewat,perjumpaan yang sebenarnya dinantikan untuk melihat sejauh mana keberhasilanmu tanpa aku. Iya,tanpa aku yang dulu kamu bilang "aku ga bisa hidup tanpa kamu," ups,jangan gagal fokus. Bicara tentang mantan dan kembali menulis itu hanya sebuah kamuflase kalimat yang ingin aku keluarkan saja. Bicara tentang hobby menulis yang lama terlupakan karena (sok) sibuknya saya adalah alasan yang tepat. Sudah dari tiga tahun yang lalu kesibukan menulis ini berganti dengan hal yang aku bilang tentang mengejar materi. Sekali lagi,ini cerita tentang materi bukan matahari. Hari-hari yang diisi tentang bagaimana cara mendapatkan materi lebih dan bagaimana untuk mencari tambahan menutup credit card yang over budget. Terakhir kehidupan ku malah bertambah dengan bagaimana membesarkan anak ini nanti nya. Well,kali ini hati nona yang kesepian ini ingin mulai berbagi tentang kehampaan yang terjadi tiga tahun yang lalu kemudian setahun kemarin sampai hari ini aku ada dengan kondisi sedang cuti melahirkan dan mencari rezeki lain untuk mengisi thr dua bulan besok.
Kita mulai dengan pematahan teori yang menggugah kegundahan nona kesepian ini. Sejak tiga tahun yang lalu.
At first,kegundahan pertama yang terjadi adalah tentang IPK kuliah yang pas-pasan. IPK itu singkatan dari indeks prestasi kumulatif yang merupakan hasil belajar para dedengkot siswa yang punya title MAHASISWA. Berawal dari cerita perjalananku di kampus www.unsoed.ac.id angkatan 2008,ipk itu tadinya sudah aman di angka 3,02 tapi karena suatu keserakahan yang aku alibikan sebagai kekalahan dalam pertarungan meja judi,ipk yang seharusnya jadi senjata pertama untuk maju ke dunia yang ga kejam-kejam amat harus terjun bebas dan bertengger di angka 2,70 nyaris,nyaris dapat diprediksi masa depan seperti apa yang bisa aku dapatkan dari ipk nyaris. Tapi berkat bantuan Tuhanku yang maha kaya,Allah segala pemilik rejeki ini,entah dengan mantra apa,seminggu sebelum wisuda,kado pertama sebagai makhluk yang hampir bertitel jobless aku diterima di sebuah perusahaan jaringan satu-satunya yang memonopoli dinegeri ini. Well,karena rasa ingin tahu dan tentunya kepepet dengan amat sangat,aku menerima panggilan itu dengan seperempat hati. Pekerjaan pertama sarjana muda akuntansi ini adalah call center IT. Aku yang bahkan tidak pernah paham bentuk komputer,kabel merah dan biru apalagi jaringan yang didalamnya,dituntut untuk segera berevolusi,catatannya ini demi hidup. Demi derajat yang aku pertaruhkan dari empat tahun yang lalu,dari nilai dan berbagai penghargaan yang aku raih selama hampir separuh hidup ku. Yang membentuk karakterku saat ini,bahwa sekolah menjadi tidak penting ketika kita tau apa alasan kita sekolah. Demi angka salary yang saat itu bahkan tidak bisa menutup separuh hutang seorang pemberi gaji (baca ceritagerimisdanhujan.bongsor.com) tanpa pikir panjang,aku menerima tawaran itu,sebenarnya aku dihadapkan pada pilihan untuk mengembangkan usah yang sudah menjadi awal mula atau harus menjadi babu pada perusahaan besar. Saat itu memang niat ku hanya menjadi pegawai tetap dan bisa menggadaikan sk pengangkatan. Super bodoh kalo saat ini terpikir,tapi ingat ada yang harus lebih cepat diputuskan dari pada hanya diam dan (pura pura) berfikir. Hidup berjalan,cerita terus mengalir,tentang cinta,keputus asaan,penghinaan,pengkhianatan,dan dari semua pelangi hidup tiga tahun lalu,banyak menghasilkan air mata serta jangan dilupakan ada nilai ekonomi yang harus dibayarkan. Pun tentang pengejaran mimpi yang harus diselesaikan. Bukan tanpa hasil ketika aku harus bertaruh kembali,meninggalkan pekerjaan yang sebenarnya bisa saja aku lanjutkan (kalo saja) hidupku berjalan senormal cerita hidup orang lain. Patokannya bukan pertaruhan itu saja yang sedang aku jalankan,banyak bentuk yang sedang aku perjuangkan. Tapi cerita tak melulu seperti film,tak semulus jalan aspal,kadang malah lebih tak berbentuk sama seperti bulan. Tapi kembali Tuhanku memberikan pertolongan dari tempat yang tak disangka sangka. Allah memberi jalan lewat manusia bernama Jingga kala itu. Manusia pertama yang aku kenal sejak masuk ke planet ibukota ini.
Second theory,pematahan teori bahwa kita selalu dan melulu meminta tapi tidak pernah ingat bahwa kadang yang kita minta itu bukan hal tanya kita perlukan. Allah memberikan jawabannya aku bisa menyelesaikan itu,meski harus terseok seok dan belum sepenuhnya bisa berjalan sempurna. Dan perlu diingat pula,kadang ada pertolongan Tuhanmu yang datang dari tempat tak terduga,dari tempat yang kadang kita sendiri tidak tau.
Cerita setahun yang lalu juga ditambah dengan cerita pada akhirnya aku memutuskan untuk menerima pinanganmu. Cerita yang pada akhirnya harus melepas negeri van oranje tapi menjadi satu dengan pecinta orange bernama Jingga. Tentunya keputusan itu mengejutkan banyak warna lainnya,banyak hal yang akhirnya aku baru tau jawabannya saat ini. Keputusan ini juga setelah aku sadar pada akhirnya meminta dan meminjam banyak tenaga dan kebaikan orang lain. Kadang keputusan yang terjadi pada langkah yang lalu mungkin bukan yang terbaik,tapi aku rasa itu kembali pada hal itu adalah keputusan paling cepat yang bisa kita lakukan saat itu. Kadang hidup tidak melulu tentang untung dan rugi. Tidak selalu tentang banyaknya keinginan tapi tidak adanya kemampuan. Ah,saya jadi teringat teori manusia lain,orang yang selalu skeptis menghadapi hidup,sebut saja dia awan. Mungkin kalo aku suka dengan karakter orang yang saat ini ada didekatku,karakter matahari yang paling bisa digambarkan. Dia memang panas,tapi aku rasa cukup hangat dan bersahabat,orang yang kadang aku tidak tau manusia jenis apa dia. Tapi pada kenyataannya ada jenis makhluk seperti ini. Atau jenis cokelat yang selalu menularkan energi positif terhadap orang lain,manis seperti gulali,memberi solusi yang make a sense. Dan tanpa sadar sebetulnya aku juga mempunyai karakter ini. Saat ini yang jelas aku sedang dan sudah menjadi ibu dari sesosok malaikat mungil bernama Grey,begitu aku menyebutnya dalam cerita hidup season berikutnya. Grey hadir dari persilangan Pelangi dan Jingga,saat ini sih sebetulnya aku sedang berimajinasi,mungkin alam bawah sadar kami memberi panggilan Grey untuk sosok mungil yang montok ini karena sesungguhnya dia hadir dengan kondisi yang abu abu. Serba abu abu,keuangan,kehidupan,masa depan. Tapi tenang saja nak,kami tetap memprioritaskan segala nya untuk hidup kita yang lebih baik. Bukankah semua orang juga mengingikan kehidupan yang lebih layak. Sama seperti peribahasa yang selalu dituliskan,jalani hari ini seperti kita akan hidup 1000 tahun lagi dan persiapkan hari esok seperti kita akan melihat ajal esok pagi.
Salam,be.bi.bu family :)